Minggu, 10 Februari 2013

Mencintai karena Allah.

cinta karena Allah
Kata orang cinta adalah anugrah terindah dari Allah. Kenyataannya memang begitu. Cinta adalah salah satu pesan agung yang Allah sampaikan kepada umat manusia sejak awal penciptaan makhluk-Nya. Allah mengajarkan cinta itu sejak dulu, dan di anugrahkan kepada seluruh makhluknya terutama manusia.

Dalam salah satu hadis yang diterima dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ”Ketika Allah mencipta makhluk-makhluk-Nya di atas Arsy, Dia menulis satu kalimat dalam kitab-Nya, ‘Sesungguhnya cinta kasihku mengalahkan amarahku’.”(HR Muslim). Atau dalam versi yang lain, ”Sesungguhnya cinta kasihku mendahului amarahku.” (HR Muslim).
Saya yakin, cinta adalah bahasan yang menarik buat anak muda. Sayangnya cinta ini disalahgunakan dengan penyimpangan-penyimpangan seperti pacaran, pergaulan bebas, dan lain-lain. Padahal, agama jelas-jelas melarang hal itu. Namun, semua itu sudah menjadi budaya, jadi seakan-akan hal itu adalah hal yang wajar saja dan sangat umum.

Cinta Karena Allah

Cinta ini memang di tunjukan dalam bentuk dan tujuan yang beragam pada kehidupan manusia. Cinta ada dua bentuk yaitu Pertama, cinta karena Allah. Kedua, cinta karena manusia. Sebaiknya cinta kita kepada orang lain adalah cinta karena Allah sehingga bisa mengarahkan cinta itu sebagai media efektif untuk saling memperbarui dan saling introspeksi diri, sudah sejauh mana pengabdian kita kepada Allah. Cinta karena Allah seperti ini akan memberikan anugrah yang luar biasa bagi hidup kita.
Sedangkan, seseorang yang mencintai orang lain karena manusia bukan cinta karena Allah, akan banyak menimbulkan persoalan serius. Cinta ini sifatnya singkat, karena cinta model ini biasanya muncul karena dorongan material dan hawa nafsu. Dua hal yang sering membuat manusia lalai dalam kenikmatan duniawi.
Rabi’ah al-Adawiyah, seorang tokoh sufi terkemuka, suatu ketika pernah berlari-lari di jalan sambil membawa seember air dan api. Ketika ditanya oleh seseorang tentang apa yang sedang dilakukannya, Rabi’ah tegas menjawab bahwa ia membawa air untuk menyiram api neraka, dan membawa api untuk membakar surga. Rabi’ah memberikan alasan, bahwa hanya karena niat ibadah untuk memperoleh surga dan terhindar dari api neraka inilah, kebanyakan manusia melupakan tujuan hakiki ibadahnya. Padahal, ibadah bukanlah bertujuan untuk memperoleh surga atau menghindari neraka. Ibadah merupakan bentuk cinta tulus ikhlas kepada Allah semata.
Kita diperintahkan menjalani kehidupan ini dengan cinta, tentu saja cinta karena Allah. Sebuah kehidupan sehari-hari yang harus berlandaskan cinta. Dengan itu, kehidupan akan berjalan harmonis dan langgeng. Cinta yang diajarkan Allah SWT adalah cinta yang berujung pada keabadian, karena Allah sendiri adalah Zat yang abadi dan tak pernah rusak. Maka, keabadian, keharmonisan, dan kesejahteraan umat manusia akan tercapai jika cinta yang ada pada diri manusia ditujukan semata-mata karena Allah. Allah SWT sendiri yang mengingatkan manusia, bahwa Dia tidak akan pernah mendahulukan amarah-Nya. Cinta Allah yang menyebar di alam semesta inilah yang menjadi bukti bahwa keharmonisan itu benar-benar terjadi.
Mencintai itu tidak salah. Tetapi, alangkan baiknya jika kita bisa mencintai karena Allah. Siapapun yang kita cintai, cintailah karena Allah, sehingga kita akan mendapatkan dunia dan akhirat. Cinta jenis ini akan menghindarkan kita kepada sakit hati yangn berlebihan jika seadainya orang yang kita cintai tidak mencintai kita. Biarpun orang yang kita cintai tidak mencintai kita, kita tidak akan kecewa karena cinta kita karena Allah.
Untuk menumbuhkan cinta karena Allah seperti ini memang agak sulit. Tetapi, bukan tidak mungkin. Maka, cintailah siapapun yang kita cintai karena Allah. Wallahu’alam. Mohon maaf jika ada yang khilaf dan terima kasih.


Rabu, 30 Januari 2013

apa yg kau banggakn dr kecantikan dan ketampanan ?

Cantik , Tampan Rupa Adalah
Anugrah yang telah Allah berikan
pada Hamba-Nya.Namun ,,Harus kah
engkau membanggakan diri akan
hal itu lalu kau pamer kan tanpa
Engkau jaga ..??
...
Tak lain hal hanya Engkau buat
dalam bentuk gambar/Foto yang
bermodel-model Ala Artis
berkualitas masa kini.Entah dengan
sengaja atau tidak Engkau
Publikasikan dengan memasang
dalam Akun-akun mu.Ratusan
bahkan Ribuan orang menikmati
foto-foto indah mu.
Dalam akun adalah
Lumrah,Namanya juga jaringan
sosial.Akan tetapi,,Harus kah engaku
pasang foto-foto mu yang
terbuka.Foto di bawah
pohon,bersandar di dinding,duduk di
taman,nyantai di rumah tetapi
dengan Ala Kadar yang
terbuka.Dengan(maaf)Paha yang
terbuka,Bahu terbuka,Bahkan dada
mu yang indah kau perlihat kan
pada banyak orang,,,Pemuda-
pemudi Remaja-Remaji Asyik
menyaksikan di ikuti comen-comen
ini dan itu.
Saudaraku,,,,Bukan kah masih ada
foto yang pantas untuk di
pasang ,,,Biar pun tidak
berjilbab,namun dengan pakaian
yang sedikit tertutup untuk
menghargai diri mu sendiri.
"Ah,,,Itu kan sekedar foto"
Mungkin engaku akan timbul
kalimat itu dalam hati mu,,,,
Akan tetapi,,,Lupa kah
engkau,bahwa ada Allah yang selalu
memperhatikan setiap perbuatan
kita,Ada Malikat di kanan kiri kita .
Bukan kah dalam dunia nyata mu
engkau tidak bersikap seperti itu
yang serba terbuka,lalu untuk apa
kau gunakan foto-foto seperti itu,,?
Apakah supaya banyak orang yang
tertarik padamu,Supaya banyak
orang mengagumi keindahan fisik
mu yang serba terbuka??Sungguh
itu bukan suatu kemuliaan bagi mu.
Saudarku,,,,
Bukan maksud untuk mencela
dirimu lalu aku berkata sudah benar.
Bukan maksud mengatakn dirimu
kotor lalu aku berkata aku suci.
Bukan pula maksud aku mengatak
dirimu Pendusta lalu merasa diri ini
bersih dari Dosa.TIDAK!!!!
sesungguhnya diri ini banyak
kekurangan dan kejelekan.
Semata karena kepedulian ku
terhadap mu,mengajk bersama -
sama dalam hal kebaikan.
Marilah kita sedikit demi sedikit
untuk lebih menghargai dan
menghormati diri sendiri.Tanpa
engkau harus menunjuk kan dengan
sajian yang serba terbuka,,Yakin
lah ,,bahwa selalu ada yang mencari
mu...
Luruskan Niat untuk saling
mengingat kan dalam hal
kebaikan,,Usah takut atau pun ragu
untuk menyampaikan,karena tidak
semua apa yang kita sampaikan bisa
di terima.
keep Istiqomah semoga kita selalu
di tunjuk kan jalan yang di Ridho-i
Nya.
Salam santun..

Senin, 05 Maret 2012

hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir..

lafadz singkat itulah yang membuatku akhir-akhir ini merasa malu pada Allah, begitu banyak ni’mat dan pertolongan yang Allah Ta’ala berikan kepadaku, namun justru kubalas dengan kema’siatan-kema’siatan yang semakin hari membuatku semakin jauh dari Allah, Dzat Yang Maha Besar, yang memberiku beribu bahkan bermilyar kenikmatan yang aku tak mampu menghitungnya.
Dikala aku benar-benar membutuhkan Pertolongan Nya , Ampunan-Nya, Karunia-Nya jauh lebih cepat datangnya dibandingkan dengan permintaan dan permohonanku…Allah..Astagh
ifirullah (Ampunilah hamba-Mu yang khilaf ini)….Dikala hatiku sedang gelisah, entah kenapa kuyakinkan bahwa dengan mengingat-Mu lah aku menjadi tegar, kembali senyum, dan kembali semangat untuk kerja keras setiap saat. dan subhanallah…memang itulah janji-Mu kepada hamba-Mu, ..Allah … Astaghfirullah (Ampunilah hamba-Mu yang tidak tahu malu ini)…. Dikala ujian dan cobaan menyapaku, kuyakin, bahwa Allah takkan membebani hamba-Nya melebihi kemampuannya, hanya saja , betapa mudahnya aku putus asa, sedikit saja ujian dan cobaan, bukannya istighfar, dzikir, muhasabah yang kulakukan, akan tetapi aku hanya bisa mengeluh dan mengeluh…., Allah..Forgive me when I whine…(Allah ampunilah bila aku sering mengeluh)…
Dikala aku berdoa dan meminta sesuatu pada-Mu ya Allah, kuyakin Engkau kan berikan dan Engkau Maha Mendengar atas doa hamba-hamba-Mu. Akan tetapi, diriku inilah yang sering berburuk sangka kepada-Mu atas permintaan dan doa-doaku , kadang aku mengeluh, kadang aku putus asa, itulah sikap ketidaktahuanku atas Hikmah yang Engkau berikan kepadaku…sungguh..saat ini kuyakin bahwa apa saja yang Kau berikan kepadaku, itulah yang terbaik buatku…Allah ….Astaghfirullah (Allah, ampunilah hamba-Mu yang jarang bersyukur dan bersabar ini)….
“Ingatlah, dengan mengingat Allah dapat menentramkan hati” (Ar-Ra’d:28).

Jumat, 23 Desember 2011

"ANGKUH".manusia tdklah pantas untuk menyandang nya.

Manusia, kerapkali dihinggapi rasa angkuh dalam dadanya. Merasa diatas langit, padahal kaki masih menyentuh bumi. Padahal lemah, itu sifat asli manusia. Manusia tidak akan mampu hidup jika hanya sendiri. Betapapun hebatnya manusia, ia tetap saja butuh uluran tangan orang lain. Allah tahu, manusia memiliki potensi angkuh dihatinya. Maka, Dia suruh manusia untuk sujud, setidaknya 34 kali dalam sehari.
Dalam sejarahnya, iblis merupakan makhluk yang menolak perintah Allah untuk sujud. Iblis merasa bahwa ia lebih baik daripada Adam. Menurut iblis, tanah lebih hina daripada api. Tanah memang merupakan tempat berpijak. Ia diinjak dengan kaki-kaki kita. Tapi tanah tak meleleh dibakar api. Sedangkan api, mati jika ditimbun tanah. Iblis angkuh, oleh karenanya ia diusir dari surga.
Banyak makna dalam gerakan sujud. Logika menyatakan, sujud merendahkan manusia. Itu memang benar. Harga diri kita merasa rendah ketika sujud. Namun jika sujud itu dihadapan sesama kita, manusia. Dalam shalat, sujud memberi makna yang mendalam. Kita merendah pada Yang Mahakuasa. Pada saat itulah, kita merasa berada dekat dengan-Nya. Bahagia menghinakan diri dihadapan Yang Mahamulia. Tak lupa memanjatkan doa. Memohon kemaslahatan hidup di dunia dan di akhirat.
Keangkuhan banyak menyelimuti diri manusia. Akalnya yang cerdas, menyebabkan manusia seringkali memandang orang lain sebelah mata.. Hanyut dalam kekuasaan yang begitu besar dan kekayaan yang melimpah. Orang lain pun diremehkan. Selalu memandang pendapatnya yang paling benar. Menganggap dirinya yang paling kuat. Padahal manusia dilingkupi kelemahan, kesalahan, dan lupa. Tanpa disadarinya, ia telah menolak kebenaran. Terjebaklah ia dalam keangkuhan.
Tenaga manusia terbatas, demikian juga akalnya. Mengapa manusia harus angkuh. Manusia sangatlah kecil. Tenaga manusia pun tak seberapa. Manusia perlu berhenti sejenak disaat lelah. Aktivitas begitu padat. Sejak pagi hingga petang, manusia disibukkan dengan pekerjaan. Stamina terkuras sehingga manusia butuh istirahat. Ia perlu tidur. Saat terbangun, manusia kembali angkuh. Padahal dirinya terbatas
Menghayati Kekuatan Alam
Banyak makhluk Allah yang begitu mengagumkan di dunia ini. Gunung-gunung yang besar dan tinggi menjulang, sungguh sangatlah mengagumkan. Membuat hati berdecak kagum. Ingin rasanya berdiri diatas puncaknya. Berpacu dengan adrenalin, mencicipi tantangan yang telah tersedia. Berpetualang dengan hawa dingin dan jalan yang terjal. Kelelahan justru memberi kepuasan. Ketegangan pun hilang, disaat kita berdiri gagah dipuncak tertinggi. Bahagia bisa menaklukkan ketinggian. Berteriak dengan suara nyaring, takjub suara bersahut-sahutan. Sambil menikmati pemandangan yang luar biasa. Gunung, makhluk Allah yang gagah. Besar, kokoh, dan tinggi menembus awan. Tidak angkuh, senantiasa bertasbih kepada-Nya. Gunung-gunung itu tunduk pada perintah Allah. Kini menjadi pasak agar bumi stabil. Namun di hari akhir, ia lepas layaknya kapas.
Pantai begitu indah disaat cerah. Disana berhembus angin sepoi-sepoi. Daun-daun pun dengan eloknya melambai-lambai. Langit biru begitu luas menghiasi. Hamparan pasir putih sejauh mata memandang. Garis pantai memisahkan laut dan daratan. Dibibir pantai itu, berdeburan ombak-ombak. Terus bergulungan siang dan malam. Tak pernah berhenti, walaupun sedetik. Pantai dibuatnya tak berdaya. Tiap deburannya menyeret pasir-pasir ke lautan. Ombak terlalu perkasa. Abrasi tak bisa dihindari. Hantamannya begitu kuat memangsa daratan. Sepanjang waktu selalu begitu. Terlalu kuat, tak bisa dihentikan. Ombak, ia pun makhluk Allah. Tidak angkuh, selalu bertasbih kepada-Nya.
Laut mendominasi permukaan bumi. Jutaan species ikan tersedia di dalamnya. Menjadi sumber penghidupan para nelayan. Perahu-perahu bebas berlayar dipermukaannya. Pemandangannya indah, memanjakan mata. Adakalanya laut yang tenang berubah menjadi ganas. Pada saat itulah, ia berubah menjadi makhluk yang menakutkan. Kapal-kapal, tak peduli betapapun besarnya, siap untuk ditelannya. Tenggelam, bersemayam didasar laut. Arus bawahnya pun bisa meremukkan kapal selam. Laut, makhluk Allah. Tidaklah angkuh. Laut berubah menjadi ganas karena mengikuti kehendak Allah. Laut selalu patuh kepada-Nya.
Waktu kecil, kita senang sekali bisa menaikkan layang-layang. Angin selalu diharapkan kedatangannya agar memudahkan layang-layang terbang tinggi. Kincir-kincir pun berputar. Memanfaatkan tenaga angin untuk menghasilkan listrik. Angin memberi keuntungan yang begitu banyak. Kecepatan angin bisa berubah dahsyat. Angin topan berpetualang. Pusarannya memporak-porandakan keadaan disekitarnya. Manusia pun tak sanggup menghentikannya. Manusia hanya bisa berharap angin segera pulih, normal kembali seperti semula. Angin terkadang meninggalkan korban jiwa. Tanpa peduli siapapun dia. Angin adalah makhluk Allah. Tidak angkuh, berubah kekuatannya karena kehendak-Nya.
Gunung, ombak, laut, dan angin semuanya adalah makhluk Allah. Mereka semuanya bertasbih kepada Allah. Berubah menjadi dahsyat karena kehendak-Nya. Manusia pun makhluk Allah. Namun terkadang ada sedikit noktah keangkuhan dalam jiwanya. Tidak mau tunduk pada perintah Allah. Durhaka terhadap Al-Qur’an dan sunnah nabi-Nya. Manusia angkuh telah mengubah hukum Allah dengan hukum buatannya sendiri. Angkuh menganggap hukum Allah tidak sesuai dengan konteks realitas zaman sekarang. Manusia angkuh menganggap dirinya lebih tahu daripada Allah. Membuang syari’at Allah karena dianggap kejam. Manusia merasa lebih tahu atas maslahat bagi dirinya. Lagi-lagi manusia terjebak dalam keangkuhan.
Berlepas dari Keangkuhan
Keangkuhan telah banyak menjerumuskan manusia pada kehancuran. Allah mengubur Qarun dan hartanya ke dalam bumi karena ia angkuh. Merasa dirinya luar biasa, lupa akan karunia dan rahmat Allah. Begitu pula dengan Fir’aun. Fir’aun ditenggelamkan oleh Allah karena menganggap dirinya sebagai Tuhan yang paling tinggi. Kekuasaan yang luas, dan kekuatan yang besar telah membuat Fir’aun terpedaya. Allah murka, maka Fir’aun dilenyapkan kedalam lautan.
Romawi merupakan imperium yang hampir menguasai mayoritas bumi. Bangsa yang ditakuti. Tentaranya gagah berani. Namun kesombongan telah menghinggapi. Hancurlah Romawi hingga  tak tersisa lagi. Pada masa awal terjadinya Perang Dunia II, bangsa Jerman sangatlah ditakuti. Dibawah kekuasaan Hitler, Jerman berusaha bangkit dari keterpurukan. Membalas kekalahan pada masa Perang Dunia I. Jerman dengan secepat kilat hampir menguasai Eropa. Prancis, Ceko, Austria, dan Polandia dibuat tak berdaya. Kehebatan Jerman bahkan membuat Stalin ketakutan. Moskow hampir ditaklukkan. Namun Hitler angkuh. Idealisme ultranasionalis mengakar kuat didada Hitler. Ia merasa ras Arya sebagai ras yang paling mulia. Menganggap Jerman adalah bangsa terbaik. Diakhir masa Perang Dunia II, Jerman dipukul mundur oleh Uni Soviet dan Sekutu. Jerman kalah telak. Hitler yang sempat berkuasa, kini terjepit. Terjepit dengan dua kekuatan besar, Uni Soviet dan Sekutu. Hitler tak sanggup menahan malu. Ia pun mati bunuh diri. Hitler angkuh. Jerman akhirnya dibelah menjadi dua, Jerman Barat dan Jerman Timur.
Demikian besar dampak keangkuhan, tidak sekedar membinasakan individu, bahkan melenyapkan sebuah peradaban. Allah murka pada orang-orang yang angkuh. Keangkuhan menghilangkan penghambaan yang sejati. Penghambaan hanya sempurna jika hati kita dihinggapi perasaan rendah diri. Merasa rendah dihadapan Ilahi. Kesadaran akan lemahnya diri memang sangat penting. Dengan begitu, kesempatan untuk bercokolnya keangkuhan tidak akan terjadi.
Akal kita terbatas, ilmu kita pun sedikit. Kita tidak mungkin menguasai semua ilmu yang ada di dunia ini. Seorang raja pun demikian. Kekuasaan dan kekuatannya terbatas. Manusia harus menyadari bahwa dirinya terbatas. Oleh karena itu, manusia tak pantas untuk angkuh. Wallahu a’lam.

Kamis, 22 Desember 2011

Mendengar Lebih Susah Drpda Berbicara

Banyak orang bisa ‘berkata’, namun sedikit yang mau ‘mendengar’. Padahal jika kita mau kembali ke hukum alam, seharusnya kita harus lebih banyak mendengar daripada bicara. Bukankah Tuhan memberi kita dua  telinga dan hanya satu mulut? :-)
Begitupun jika kita saksikan pada bayi yang baru lahir. Indra pendengaran lebih dulu berfungsi daripada yang lainnya. Lalu, mengapa mendengar lebih susah daripada berbicara?
Meski secara kasat mata mendengar adalah hal yang gampang, namun nyatanya banyak orang yang lebih suka didengarkan daripada mendengarkan.
Mendengarkan merupakan bagian esensi yang menentukan komunikasi efektif. Tanpa kemampuan mendengar yang bagus, biasanya akan muncul banyak masalah.
Yang sering terjadi, kita merasa bahwa kitalah yang paling benar. Kita tidak tertarik untuk mendengarkan opini yang berbeda dan hanya tergantung pada cara kita.
Selalu merasa benar, paling kompeten, dan tidak pernah melakukan kesalahan. Duh… malaikat kali! :-)
Jika kita selalu merasa bahwa diri kita benar, dan cara kitalah yang paling
tepat, itu berarti kita tidak pernah mendengarkan.
Ide dan opini kita sangat sukar untuk diubah jika fakta tidak mendukung
keyakinan kita. Bahkan kalau ada fakta pun kita mungkin hanya akan sekedar meliriknya saja.
Mungkin saat ini kita nyaman dengan cara kita, tapi untuk jangka waktu yg
panjang, orang-orang akan menolak dan membenci kita.
Jika kita mau mulai mendengarkan  orang lain, maka suatu saat kita akan  menyadari kesalahan kita. Jawaban  untuk mengatasi sifat ini adalah
mengasah skill mendengar aktif.

Mendengar tidak selalu dengan tutup mulut, tapi juga melibatkan partisipasi
aktif kita. Mendengar yang baik bukan berharap datangnya giliran berbicara. Mendengar adalah komitmen untuk memahami pembicaraan dan perasaan lawan
bicara kita. Ini juga sebagai bentuk penghargaan bahwa apa yang orang lain
bicarakan adalah bermanfaat untuk kita. Pada saat yang sama kita juga bisa
mengambil manfaat yang maksimal dari pembicaraan tersebut.
Seni mendengar dapat membangun sebuah relationship. Jika kita melakukannya
dengan baik, orang-orang akan tertarik dengan kita dan interaksi kita akan semakin harmonis.
Berikut teknik mudah yang dapat
dipraktekkan oleh Anda dengan sangat wajar untuk menjadi seorang pendengar
yang baik :
1. Peliharalah kontak mata dengan baik.
    Ini menunjukkan kepada lawan bicara
    tentang keterbukaan dan kesungguhan
    kita
2. Condongkan tubuh ke depan.
    Ini menunjukkan ketertarikan kita
    pada topik pembicaraan. Cara ini
    juga akan mengingatkan kita untuk
    memiliki sudat pandang yang lain,
    yaitu tidak hanya fokus pada diri
    kita.
3. Buat pertanyaan ketika ada hal yang
    butuh klarifikasi atau ada informasi
    baru yang perlu kita selidiki dari
    lawan bicara kita.
4. Buat selingan pembicaraan yang
    menarik. Hal ini bisa membuat
    percakapan lebih hidup dan tidak
    monoton.
5. Cuplik atau ulang beberapa kata
    yang diucapkan oleh lawan bicara kita.
    Ini menunjukkan bahwa kita memang
    mendengarkan dengan baik hingga hapal
    beberapa cuplikan kata.
6. Buatlah komitmen untuk memahami
    apa yang ia katakan, meskipun kita tidak
    suka atau marah. Dari sini kita akan
    mengetahui nilai-nilai yang diterapkan
    lawan bicara kita, yang mungkin berbeda
    dengan nilai yang kita terapkan. Dengan berusaha untuk memahami, bisa jadi kita akan menemukan sudut pandang,wawasan, persepsi atau kesadaran baru, yang tidak terpikirkan oleh kita sebelumnya.
Seorang pendengar yang baik sebenarnya hampir sama menariknya dengan pembicara
yang baik. Jika kita selalu pada pola yang benar untuk jangka waktu tertentu, maka suatu saat kita akan merasakan manfaatnya.
Prosesnya mungkin akan terasa lama dan menjemukan, tapi lama-kelamaan akan terasa berharganya upaya yang telah kita lakukan. Kita akan merasa lebih baik atas diri kita, hubungan kita, teman-teman kita, anak-anak kita, maupun pekerjaan.
Kesimpulan: Jadilah pendengar yang baik, karena sifat ini bisa menjadi
kunci untuk mengembangkan pikiran  yang positif, dan merupakan salah satu
tangga Anda untuk mencapai kesuksesan! :-)

Jumat, 16 Desember 2011

KENAPA MANUSIA DI SEBUT BANI ADAM???

ika kita perhatikan pertanyaan di atas, maka jawaban yang paling dekat dari pertanyaan tersebut adalah karena manusia itu pada hakikatnya adalah turunan dari manusia pertama yang bernama Adam, karena itulah disebut Bani Adam (Keturunan Adam). Jawaban ini tentu tidak salah, tetapi ada rahasia yang sangat agung kenapa Allah menyebut manusia sebagai Bani Adam. Allah swt. berfirman dalam al Quran surat al Isra ayat 70 :

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آَدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا (70)
70. Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan. (QS. Al Isra [17]:70)
Jika kita simak, kenapa Allah tidak menyebutkan nama lain dari manusia seperti, insan, basyar atau an-Naas, tetapi Allah menggunakan istilah Bani Adam ? tentu ada rahasia besar yang terkandung dalam istilah Bani Adam.
Al Quran merupakan kalam yang agung, karena itu pemilihan katanya pun sangat selektif dan tentu saja sangat sesuai dengan tuntutan alur kalam. Pada ayat di atas Allah secara tegas mengatakan bahwa Dia memuliakan anak-anak Adam dengan memberi mereka akal, bisa berbicara, bisa menulis, bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, bentuk tubuh yang baik, bisa berdiri tegak serta bisa mengatur kehidupan, baik sekarang di dunia maupun untuk nanti di akhirat.
Menurut Ibnu Katsir, Allah memuliakan manusia dengan bisa berjalan tegak di atas kedua kakinya, bisa mengambil makanan dengan kedua tangannya, sedangkan makhluk yang lain tidak bisa melakukan dua hal tersebut secara bersamaan, mereka berjalan dengan keempat kakinya dan mengambil makanan dengan mulunya. Manusia juga dimuliakan oleh Allah dengan memberi mereka pendengaran, penglihatan dan hati, dimana ketiganya merupakan modal yang berharga untuk memahami segala hal, kemudian mengambil manfaat dari hal tersebut. Selain itu tiga alat ini merupakan modal dalam membedakan segala sesuatu, mengetahui manfaatnya, mengetahui keistimewaan serta kemudaratannya, baik untuk urusan dunia maupun akhirat.
Selain keistimewaan di atas, Allah juga menaklukan berbagai binatang, sehingga bisa dijadikan tunggangan oleh manusia, dan manusia bisa melakukan perjalanan di daratan dunia ini dengan mudah. Kemudian Allah juga menaklukan semua makhluk yang ada di dunia, baik benda hidup maupun benda mati, sehingga manusia dapat mengarungi lautan dengan perahu yang dibuatnya, kemudian Allah memberikan rizki yang halal sekaligus bergizi kepada manusia, baik berupa makana pokok, buah-buahan, daging, susu dan lain-lain. Selain itu Allah memberikan rizki dalam bentuk lain, seperti warna-warna yang cerah dan menarik, hal ini dapat kita lihat pada pemandangan yang indah, pakaian yang bagus dan lain-lain.
Kemudian Allah menjadikan Bani Adam bisa mengungguli makhluk-makhluk yang lain dalam berbagai hal, walaupun makhluk itu ukurannya lebih besar dari manusia, bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa ayat ini merupakan dalil bahwa manusia itu lebih mulia dari malaikat.
Dari uraian di atas, kita dapat menangkap bahwa kenapa Allah menggunakan istilah Bani Adam, karena pada ayat ini Allah akan menjelaskan bagaimana manusia itu lebih unggul dibanding makhluk manapun, oleh karena itu penggunaan istilah Bani Adam dapat mempertegas bagaimana unggulnya manusia dibanding dengan makhluk lain, seperti unggulnya Nabi Adam dibanding malaikat, dimana malaikat pernah diperintah oleh Allah untuk memberi penghormatan kepada Adam. Dengan demikian maka konsep manusia sebagai bani Adam adalah bahwa manusia itu memiliki banyak keunggulan dibanding makhluk yang lain, sehingga makhluk yang lain tunduk kepada manusia dan dipersiapkan untuk kemaslahatan manusia sebagai predikat khalifah dimuka bumi ini. Wallahu A'lam.

Kamis, 15 Desember 2011

Perjalanan Hidup


Dalam suatu perjalanan hidup, cita-cita terbesar adalah menuju kesempurnaan. Ada kalanya kita mesti berjuang, serta belajar menyingkap segala rahasia kehidupan.
Perjalanan menuju kesempurnaan adalah proses yang menentukan setiap tapak langkah kita. Setiap hembusan nafas, detik jantung, dari siang menuju malam. Semua menuju titik yang sama, kesempurnaan.
Setiap insan mempunyai hak yang sama atas waktu. Tidak ada seorangpun melebihi dari yang lain. Namun tak jarang setiap kita berbeda dalam menentukan sikapnya. Ada yang berjuang untuk melaluinya dengan membunuh waktu. Tidak pula sedikit yang merasakan sempitnya kesempatan yang dia ada.
Apa rahsia terbesar dalam hidup ini? Melewati hari ini dengan penuh makna. Makna tentang cinta, ilmu, dan iman. Dengan cinta hidup menjadi indah. Dengan ilmu hidup menjadi mudah. Dan dengan iman hidup menjadi terarah.